Blogger templates

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Silaturahmi, Kunci Sukses Bisnis Lele

BATAM, PENA - Mahasiswa Universitas Batam, Fakultas Ekonomi Akuntansi angkatan 2012 mengadakan kunjungan ke TIBLAT (Perkumpulan pembudidaya ikan air tawar yang ada di Batam) kegiatan ini dimulai pada pukul delapan pagi untuk registrasi dan do’a bersama. Mahasiswa Akutansi sebanyak 150 orang berangkat dengan menggunakan empat bus pariwisata mini. Perjalanan dari kampus ke Tanjung Riau (Temiang) memerlukan waktu kurang lebih dua puluh menit.



Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi nilai mata kuliah Kewirausahaan. Acara dilanjutkan di Saung (rumah panggung yang berada di atas kolam, ciri khas Jawa Barat). Kali ini pembukaan acara ini disampaikan oleh ibu Nola Puspita Dewi. Beliau mengusulkan kegiatan ini berawal dari sebuah berita yang ditulis oleh mahasiswa salah satu kampus yang ada di Jakarta. Bahwa wirausaha tidak bisa dilakukan hanya dengan teori, tetapi butuh praktek dan bimbingan. “Saya berharap dengan adanya kegiatan ini bisa menambah keinginan mahasiswa untuk berwirausaha, dan membuka lapangan pekerjaan,” ujarnya. Tidak hanya beliau yang hadir dalam kegiatan kali ini, ada dua dosen lagi yang turut mendampingi mahasiswa yaitu Bapak Mursal, SE, MM dan Ibu Helmi.

Selajutnya panitia memperkenalkan tokoh yang cukup berpengaruh dalam pembudidayaan ikan air tawar di Batam. Pria berbadan kurus, tinggi, dan berjenggot bernama Bapak Ray. Beliau lahir di Bandung, dan mengambil kuliah juruan Sastra Inggris dan Prancis. Beliau juga menjelaskan profil dan pengalamannya selama ini. Kegiatan ini diselingi dengan Tanya jawab dengan mahasiswa Uniba.

Pada awalnya, beliau bekerja sebagai pelayan di hotel. Kemudian beliau berpikir jika saya seperti ini terus saya tidak akan mengalami kemajuan. Bahkan semakin tua, tenaga yang dikeluarkan semakin tidak dihiraukan oleh mereka. Beliau memiliki tekat yang sangat kuat untuk usaha ini. Ketika beliau ingin membeli tanah di Temiang, tekat kuatnya hanya dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, bahkan oleh pihak RT. “Tidak mungkin anda menggarap tanah ini,” ucap sang RT kepadanya. Bahkan Pak Ray menantang Pak RT untuk membuat perjanjian jika 1 minggu hingga 1 bulan tanah ini tidak digarap maka akan dikembalikan lagi. Mendengar hal itu Pak RT menjadi yakin dengan kesungguhan Pak Ray.

"Dua belas tahun saya terjun di dunia budidaya ikan ini. Pahit dan manisnya saya sudah merasakan. Ketika saya memiliki tanah di kawasan Batam Centre, saya digusur oleh penguasa di sana sehingga saya tidak mendapat ganti rugi. Jika tanah tersebut swasta yang menggusur, mungkin saya mendapat ganti rugi. Sempat pada tahun 2012 kami para peternak merasa sangat terpuruk karena pada waktu itu pemerintah melakukan impor ke Batam. Padahal sesuai undang-undang daerah, itu tidak diperbolehkan," ungkapnya.



Salah satu mahasiswa bernama Piere Jonathan bertanya seputar pengalaman Pak Ray. “Kenapa pak harga lele di Indonesia lebih mahal dibanding dengan negara lain?” Ujarnya.

Pak Ray mencoba menjelaskan secara lebih detail, "Pertanyaan yang bagus! Nah, kenapa harga lele di luar negeri lebih murah? Dan kenapa di Indonesia mahal? Ya, jawabannya mereka pembudidaya seperti dari Malaysia, mendapat subsidi dari pemerintah, mereka mendapat harga lebih murah dari kerajaan mereka. Jadi mereka bisa jual lebih murah dibandingkan dengan yang berada di Indonesia termasuk juga pakan ikan. Mereka dapat harga murah dari negara mereka. Disana mereka sudah ada standar untuk harga pasar. Harga naik 500 saja pemerintah di sana langsung bertindak tegas. Nah kalau di Indonesia? Harga pakan toko A lebih murah dibanding toko B. Hal-hal seperti inilah yang membuat harga lele lebih mahal dibanding dengan negara lain. Pada tahun 2012, kami perkumpulan pembudidaya ikan air tawar juga menggugat kebijakan pemerintah tersebut. Saya selaku pemimpin aksi untuk penolakan impor lele mendatangi kantor Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Kehutanan (KP2K) Kota Batam karena pada saat itu MUI mengeluarkan info bahwa lele Malaysia haram karena pakan lele tersebut adalah bagian dari babi".


"Sebenarnya di Indonesia, pembudidaya ini memiliki potensi yang luar biasa. Kenapa ketika diadakan pelatihan dan tes di Bogor kami dari TIBLAT mendapat skor paling tinggi dari negara dan daerah lain? Pernah kami disuruh belajar ke Singapura dan Malaysia oleh pemerintah. Tapi untuk apa? Padahal kita diundang untuk menjadi motivator dan permateri di sana," ujarnya lagi.

Kemudian salah satu mahasiswa bernama Sai’ul Huda bertanya, “Pak, saya kemarin pernah coba budidaya ikan lele kurang lebih 800 bibit, tapi hanya jadi 200 ekor”.

"Sebelumnya anda harus memiliki safety yang pertama, yaitu safety tempat. Aman tida kdari pemangsa, ular,biawak, kucing dll. Control secara rutin kita lihat dari bibitnya dulu ukuran berapa 3-4 cm, 5-6 cm, 7-8 cm, 9-10 cm. Sebaiknya menggunakan yang 7-8 cm atau 9-10 cm. Kenapa saya sarankan bibit tersebut? Agar saat pembibitan dan pada saat panen jumlahnya tetap sama. Karena lele adalah binatang kanibal dia akan memakan apa saja termaksud ikan yang lebih kecil. Kemudian tempat atau lokasi apakah lokasi kita terdapat saluran air atau tidak? Karena saluran air ini sangat berfungsi untuk mencegah banjir," ungkap Pak Ray.

Pertanyaan terakhir dari Ova Lismalina, “Zaman sekarang persaingan semakin kuat. Dari bapak sendiri, apa kiat-kiat untuk menjaga usaha kita ini dari persaingan bisnis tersebut pak?”.

"Wah ini pertanyaan yang bagus. Cara saya adalah cara yang termudah yang anda bisa lakukan semua. Yaitu Silahturahmi, kenapa? Dengan ini saya bisa dapat penghasilan 2x lipat. (semua mengerutkan keningnya) Kenapa? Jika anda tau kebutuhan lele di Batam ini 4000 ekor, sedangkan saya hanya bisa mencukupi 1000 ekor, kemudian sisanya? Ya tentunya dengan silahturahmi tadi. Pembudidaya yang lain bisa menghasilkan 1000-2000 kemudian dijual kepada saya dengan harga yang cukup murah kemudian saya jual lagi. Ingat saya bukan memanfaatkan tapi dengan seperti ini mereka bisa menghasilkan keuntungan. Kelebihan mereka bisa mendapatkan 1000-2000 ekor, tapi kelemahan mereka kurang adanya partner. Jadi kita saling melengkapi antara pembudidaya," jawab Pak Ray.

Kemudian acara selanjutnya adalah games menangkap ikan lele di kolam ikan yang sudah disediakan.
Silaturahmi, Kunci Sukses Bisnis Lele Silaturahmi, Kunci Sukses Bisnis Lele Reviewed by Unknown on 7:13 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.